MAKALAH TOLAK BALA

BAB I

PENDAHULUAN

  1. latar belakang

Peristiwa Adat Robo’an Tolak Bala

Menurut orang Madura kata Robo’an diambil dari bahasa Arab, yang artinya Rabu. Rabu sendiri mempunyai arti atau pengertian yaitu empat (hari). Jadi secara keseluruhan Robo’an digambarkan sebagai “bumi”, dimana bumi bentuknya bulat dengan persegi empat, dengan mempunyai empat penjuru yaitu timur, selatan, barat dan utara. Keempat penjuru dengan penjabarannya bahwa manusia mempunyai tempat tinggal yang berbeda-beda, baik itu di des, kota, kampung, bukit dan sungai.

Asal-usul Adat Robo’an dilaksanakan secara turun-temurun oleh nenek moyang suku Madura, baik itu di Madura sendiri ataupun suku Madura perantau, (suku Madura Rantau Panjang). Awal mulanya suku Madura masuk Desa Rantau Panjang, mereka selalu melakukan adat Robo’an Tolak Bala’ ini hingga sampai sekarang. Alasan mengapa mereka mengadakan adat ini, supaya tidak terjadi mala petaka atau dengan kata lain sebagai penangkal bermacam-macam penyakit dan bencana. Adat ini biasanya dilakukan setiap kali seseorang atau sekelompok orang akan mendiami suatu tempat yang baru.

Menurut sejarah adat Robo’an Tolak Bala’ sangat erat kaitannya dengan agama, khususnya agama Islam. Setiap adat-adat yang dianut orang Madura hampir semuanya berdasarkan Kitab Al-Quran dan dalam pelaksanaannya atau proses penyiapan adat-adat tesebut. Tidak terlepas dari pengertian di atas adat Robo’an sangat erat kaitannya dengan agama khususnya agama Islam. Peristiwa terjadinya adat Robo’an Tolak Bala’ dikarenakan, pada hari rabu terakhir di bulan sofar tahun Hijriah Allah SWT telah menurunkan bermacam-macam penyakit dan bala.

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Sejarah terjadinya penyakit akibat meremehkan adat.

Menurut sejarah para Ulama yang dikutib dalam Alkuran, pada waktu itu sekitar 320.000 macam penyakit yang menimpa masyarakat. Penyakit-penyakit itu antara lain :

•  Penyakit yang bersifat jasmaniah

yaitu perilaku seseorang yang berubah dari yang sopan menjadi yang tidak sopan, kurang menghargai, sering menyakiti perasaan orang lain, dll

Penyakit yang bersifat rohaniah

Yaitu penyakit yang bersifat mengotori hati, sehingga menimbulkan perbuatan-perbuatan tercela. Misalnya : memfitnah, dengki, mengadu domba, ambisi kepada derajat dan pangkat, sombong, ingin dipuji, dll.
Dengan demikian Untuk menghindari supaya bencana atau bala itu datang kembali, maka nenek moyang orang Madura mengadakan upacara adat Robo’an tersebut.

  1. Hubungan Tausiyah dengan Adat Robo’an Tolak Bala’

Kata Tausiyah yang artinya adalah petunjuk, atau yang biasanya disebut orang Madura adalah “pitodu”. Datangnya Tausiyah melalui para Alim Ulama, Kiyai atau orang yang mempunyai ahli marifat. Hal ini biasanya terjadi sebelum bencana datang, baik itu berupa mimpi, bisikan ataupun melalui, ayat-ayat Alkuran. Setelah mendapat petunjuk tersebut, para alim ulama, kiyai yang mendapat petunjuk itu segara menyebarluaskan petunjuk tersebut kepada sesepuh masyarakat dan mereka menyebarluaskan berita tesebut kepada seluruh masyarakat. Selain itu ada juga Tausiyah yang bersifat menyusul. Isi tausiyah yang bersifat menyusul yaitu seperti akan datang gempa bumi, tanah lonsor kemarau panjang yang disertai dengan bermacam-macam penyakit. Untuk menangkal bencana itu, mereka harus mengadakan adat selamatan, yang biasanya adat ini dilakukan atau dilaksanakan setiap satu tahun sekali.

  1. hubungan adat dengan Robo’an konflik.

Adat Robo’an Tolak Bala’ sangat erat kaitannya dengan konflik, dimana dengan adanya upaya pencegahan supaya jangan terjadi konflik, satu-satunya hal yang harus dilakukan masyarakat setempat adalah adat Robo’an Tolak Bala’. Turnnya bala’ yaitu pada hari rabu terakhir di bulan safar tahun hijriah karena setiap pekerjaan dan perbuatan manusia tidak terlepas dari pengawasan Allah SWT. Allah maha mengetahui juga maha penyayang bagi alam semesta. seperti terjadi konflik, krusuhan antar etnis yang berlainan suku. Kalau kita renungi dan hayati dengan secara mendalam manusia kadang-kadang tidak sadar terhadap tingkah lakunya sendiri, yang benar-benar dianggap salah dan yang salah dianggap benar, sehingga menimbulkan gejolak. Dan apabila gejolak tidak kita padamkan akan menimbulkan bermacam-macam malapetaka bagi kita. Bahkan tidak tertutup kemungkinan timbulnya konflik berkepanjangan yang menimbulkan pengungsi besar-besaran.

  1. Konflik hanya menimbulkan penderitaan bagi orang yang tak tahu apa-apa.

Konflik juga membawa bencana yang cukup besar antaralain faktor ekonomi, karena tidak tutup kemungkinan akan terselit dalam hati seseorang untuk balas dendamterhadap orang-orang yang telah menghancurkan hidupnya. Dan apabila hatiseseorang sudah dirasuki penyakit dendam, maka orang tersebut akan mengeluarkan sifat aslinya, bisa saja dalam bertindak anarkis brutalisme dan lebih lagi bertindak kekerasan. Padahal kekerasan bukanlah akhir penyelesaian yang baik, melainkan akan membawa kita ke jurang kebinasaan / kehancuran.

  1. Beberapa kali terjadi konflik di kalbar.

Tercatat dalam sejarah bahwa terjadinya konflik di Kalbar sebanyak lima kali kejadian:

  1. pada tahun 1967 telah terjadi konflik antar etnis pribuni dan non pribumi, yaitu suku Dayak
  1. pada tahun 1972 juga terjadi kerusuhan antar etnis yang menimbulkan penderitaan bagi orang lain. Dan terutama bagi mereka yang menyaksikan kejadian itu, konflik yang terjadi dilakukan oleh dua kelompok etnis yaitu Suku Madura dan Suku Daya di daerah Samalantan.
  2. pada tahun 1977 juga terjadi kerusuhan antara suku Dayak dan Madura di daerah mandor.
  3. pada tahun 1997 juga terjadi kerusuhan antara suku Dayak dan Madura di daerah sanggau ledo
  4. pada tahun 1999 juga terjadi kerusuhan antara suku madura dan Melayu di kabupaten sambas, sehingga satu sisi diusir dengan berbagai cara dan menimbulkan pengengsian besar-besaran
  5. sebab-sebab terjadinya konflik yang pertama kecemburuan / kesenjangan sosial.
    Faktor ekonomi krisis moral sehingga menimbulkan brutalisme dan penjaraan juga kurang mendekatkan diri pada agama. Karena apabila kurang dekat kepada agama maka akan menimbulkan sifat-sifat anarkis brutalisme seperti kasus sanggau ledo, kasus sambas dan banyak kasus-kasus lainnya.

  1. Adat roboan digunakan untuk menangkal konflik

Kalau kita pikir dengan secara mendalam terjadinya kekerasan komflik, terjadinya bencana itu datang dari Allah SWT. Untuk itu kita harus lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan cara mengikuti ajaran-ajaranNya dan juga menjauhi laranganNya seperti adat Robo’an yang selalu kita laksanakan setiap setahun sekali untuk mencegah datangnya bermacam-macam penyakit dan bala’ sehingga adat Robo’an yang selalu kita laksanakan setiap setahun sekali untuk mencegah datangnya bermacam-macam penyakit dan bala sehingga adat Robo’an ini bisa menangkal komplik bencana kerusuhan dan lain sebagainya, sehingga kita dianjurkan untuk menyelenggarakan adat Robo’an setiap setahun sekali, guna menangkal hal-hal yang tidak kita inginkan seperti musibah tanah longsor, kemarau panjang yang menimbulkan berbagai penyakit dan bala, juga musibah banjir, kerusuhan dan komplik semuanya adalah bala dari Allah SWT dan merupakan peringatan bagi kita untuk tidak melupakan ajaran-ajaran agama sesuai perintahNya. Seperti Robo’an dari abad ke abad selalu dipertahankan agarjangan sampai luntur dan punah oleh perkembangan jaman yang sekian hari mencabik-cabik adat istiadat dan tradisi dari masyarakat adat dan sebagai masyarakat adat kita harus lebih waspada dan hati-hati supaya adat istiadat masih tetap lestari

  1. Alat yang digunakan untuk melaksanakan adat robo’an.

• Masak nasi secukupnya

• Masak lauk pauk secukupnya

• Memasak Sayur-mayur

• Membuat bubuk santan kelapa

• Menulis zimat/ mantra

  1. Tata cara dalam mempersiakan alat peraga dan upacara.

•     Mengambil beras secukupnya, kemudian dicuci dengan air sampai bersih dan dimasukan ke dalam belanga / panci dan dimasak. Setelah matang, nasi diangkat dari panci tsb, dimasukan dalam pinggan dan dibentuk seperti gunung atau yang sering disebut orang Tumpeng.

•    Memasak sayur-mayur
Lauk pauk biasanya yang dipakai anta lain indomi, kacang panjang, wortel, sawi, mihun, bayam dll.

•    Memasak ikan, ayam, telur
Terlebih dahulu yang dilakukan adalah ikan ataupun telur, dibersihkan rempah-rempah yang sudah ditumbuk dan dimasukan ke dalam kuali, selanjutnya memasukan ikannya

•     Membuat bubur yang menggunakan santan kelapa
Cararnya, terlebih dahulu kita mencuci beras dengan air hingga bersih dan dimasukian ke dalam pinggan kemudian diberi santan kelapa untuk dibuat bubur santan. Setelah itu dimasukan ke dalam piring-piring kecil.

  1. Arti dan makna alat peraga.

  1. Nasi yang berbentuk gunung atau tumpeng
    itu artinya rumah gunung berbukit-bukit, yang ditumbuhi kayu dengan beraneka ragam macam kayu yang jadi penghasilan masyarakat adat sehari-hari yang tak terkirakan bagi anak cucu kita di kemudian hari

  1. Sayur-mayur
    itu artinya sebagai tumbuh-tumbuhan yang dapat diambil manfaatnya, seperti tumbuhan yang ditanam atau tumbuhan liar, dengan arti supayta selamat dari berbagai macam gangguan, baik yang dilakukan oleh manusia atau yang lainnya.

  1. Masak Ikan, telur dan ayam
    artinya dapat diartikan dengan hewan ternak ataupun hewan liar, juga dapat diartikan manusia. Mengapa demikian, karena menurut sejarah manusia juga disebut hewan, tetapi hewan yang dapat berbicara.

  1. Bubur santan
    artinya sungai dan isinya, baik yang berupa ikan dll yang berada di dalam sungai

  1. Menulis Azimat atau mantra
    artinya semua orang yang meminum air azimat dapat terhindar atau selamat dari berbagai bala dan penyakit, baik penyakit jasmaniah maupun penyakit rohani.

BAB III

PENUTUP

  1. Kesimpulan

Sesajen berarti sajian atau hidangan. Sesajen memiliki nilai sakral di sebagaian besar masyarakat kita pada umumnya. Acara sakral ini dilakukan untuk ngalap berkah (mencari berkah) di tempat-tempat tertentu yang diyakini keramat atau di berikan kepada benda-benda yang diyakini memiliki kekuatan ghaib, semacam keris, trisula dan sebagainya untuk tujuan yang bersifat duniawi.

Sedangkan waktu penyajiannya di tentukan pada hari-hari tertentu. Seperti malam jum’at kliwon, selasa legi dan sebagainya. Adapun bentuk sesajiannya bervariasi tergantung permintaan atau sesuai “bisikan ghaib” yang di terima oleh orang pintar, paranormal, dukun dan sebagainya. Banyak kaum muslimin berkeyakinan bahwa acara tersebut merupakan hal biasa bahkan dianggap sebagai bagian daripada kegiatan keagamaan. Sehingga diyakini pula apabila suatu tempat atau benda keramat yang biasa diberi sesaji lalu pada suatu pada saat tidak diberi sesaji maka orang yang tidak memberikan sesaji akan kualat (celaka, terkena kutukan). Anehnya perbuatan yang sebenarnya pengaruh dari ajaran Animisme dan Dinamisme ini masih marak dilakukan oleh orang-orang pada jaman modernisasi yang serba canggih ini. Hal ini membuktikan pada kita bahwa sebenarnya manusianya secara naluri/ fitrah meyakini adanya penguasa yang maha besar, yang pantas dijadikan tempat meminta, mengadu, mengeluh, berlindung, berharap dan lain-lain. Fitrah inilah yang mendorong manusia terus mencari Penguasa yang maha besar ? Pada akhirnya ada yang menemukan batu besar, pohon-pohon rindang, kubur-kubur, benda-benda kuno dan lain-lain, lalu di agungkanlah benda-benda tersebut. Pengagungan itu antara lain diekspresikan dalam bentuk sesajen yang tak terlepas dari unsur-unsur berikut: menghinakan diri, rasa takut, berharap, tawakal, do’a dan lainnya. Unsur-unsur inilah yang biasa disebut dalam islam sebagai ibadah. Islam datang membimbing manusia agar tetap berjalan diatas fitrah yang lurus dengan diturunkannya syari’at yang agung ini. AllahTa’ala menerangkan tentang fitrah yang lurus tersebut dalam Al Qur’an (yang artinya): “Rasul-rasul mereka berkata apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, pencipta langit dan bumi ?” (QS. Ibrahim : 10). Allah juga berfirman (yang artinya): “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah), tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. “ (QS. Ar Rum : 30).

Berkenaan dengan ayat-ayat diatas, nabi pun bersabda (yang artinya): “Setiap anak dilahirkan diatas fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau penyembah api.” (HR Bukhari, Muslim dan Abu Hurairah, Al Irwa’ :1220).

Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits Qudsi (yang artinya): “(Allah berfirman) Aku menciptakan hamba¬-hamba-Ku diatas agama yang lurus (hanif) lalu syetan menyesatkan mereka” (HR. Muslim dan Ahmad dari shahabat ‘Iash bin Himar).

Imam Ibnu Abil Izzi menerangkan, “Bahwa bayi itu terlahir sesuai dengan fitrah.” Artinya bukan dalam keadaan kosong jiwanya, melainkan mengerti tauhid dan syirik.” (Syarah Aqidah Thahawiyah : 83).

Fitrah ini akan tetap terjaga dengan cara menghambakan diri kepada Allah sepenuhnya. Inilah yang disebut dengan tauhid ibadah. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar menyembah-Ku. “ (QS. Ad Dzariyat : 56).

lbnu Katsir menerangkan ayat ini bahwa, “Allah menciptakan manusia dan jin agar mereka menyembah-Nya “. (Tafsir Ibnu Katsir surat Ad Dzariyat : 56).

Ibadah yang penting untuk diketahui adalah ibadah hati seperti do’a, takut, berharap, tawakal, cinta dan lain-lain. Semua bentuk ibadah yang agung itu haruslah ditujukan kepada Allah semata, sebagaimana firman-Nya (yang artinya): “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu milik Allah maka janganlah kamu menyeru bersama Allah itu seorangpun !” (QS. Al Jin : 18).

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Janganlah kalian takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku jika kalian benar-benar beriman. “ (QS. Ali Imran : 175).

Allah berfirman (yang artinya): “Barang siapa yang mengharap perjumpaan dengan Rabbnya maka hendaknya ia beramal shalih dan jangan melakukan kesyirikan dalam beribadah kepada Rabbnya dengan seorangpun.” (QS. A1 Kahfi : 110).

Keterangan-keterangan diatas menunjukkan bahwa acara ritualis sesajen bertentangan dengan syariat Islam yang murni. Sebab didalamnya mengandung pengagungan, penghambaan, pengharapan, takut yang semestinya hanya diperuntukkan kepada Allah semata. Mudah-mudahan Allah jauhkan kita dari segala bentuk kesyirikan. Allahu Ta’ala A’lam.

  1. SARAN – SARAN
  1. Bersegeralah bersedekah, sebab yang namanya bala tidak pernah mendahului sedekah
  2. Belilah semua kesulitanmu dengan sedekah
  3. Obatilah penyakitmu dengan sedekah

Banyak dari kita yang sudah mengetahui dan memahami perihal anjuran bersedekah ini, namun persoalannya seringkali kita teramat susah untuk melakukannya karena kekhawatiran bahwa kita salah memberi, sebagai contoh kadang kita enggan memberi pengemis/pengamen yang kita temui di pinggir jalan dengan pemikiran bahwa mereka (pengemis/pengamen) menjadikan meminta-minta sebagai profesinya, tidak mendidik, dll. Padahal sesungguhnya prasangka kita yang demikian adalah bisikan-bisikan setan laknatullah yang tidak rela melihat kita berbuat baik (bersedekah). Sebaiknya mulai saat ini hendaknya kita hilangkan prasangka-prasangka yang demikian karena seharusnya sedekah itu kita niatkan sebagai bukti keimanan kita atas perintah Allah dan rasul-Nya yang menganjurkan umatnya untuk gemar bersedekah.

Apabila ternyata kemudian bahwa sedekah yang kita beri kepada pengemis/pengamen tadi tidak tepat sasaran, bukan lagi urusan kita, karena sedekah hakekatnya adalah ladang amal bagi hamba-hamba Allah yang bertakwa. Pengemis/pengamen/ fakir miskin lainnya adalah ladang amal bagi orang yang berkecukupan. Dapat kita bayangkan andaikata tidak ada lagi orang-orang tersebut, kepada siapa lagi kita dapat beramal (bersedekah)?

Atau kalo kita termasuk orang yang tidak suka memberi sedekah (kepada pengemis/pengamen/ fakir miskin) dengan berbagai alasan dan pertimbangan, maka biasakanlah bersedekah dengan menyiapkan sejumlah uang sebelum sholat Jum’at dan memasukkan ke kotak-kotak amal yang tersedia dan biasakan dengan memberi sejumlah minimal setiap Jum’at, misalnya Jum’at ini kita menyumbang Rp 10 ribu ke kotak amal, maka sebaiknya Jum’at berikutnya harus sama, syukur-syukur bisa lebih dan terutama harus diiringi dengan keikhlasan.

Sedekah anda, walaupun kecil tetapi amat berharga di sisi Allah Azza Wa Jalla. Orang yang bakhil dan kikir dengan tidak menyedekahkan sebagian hartanya akan merugi di dunia dan akhirat karena tidak mendapat keberkahan. Jadi, sejatinya orang yang bersedekah adalah untuk kepentingan dirinya. Sebab menginfakkan (membelanjakan) harta akan memperoleh berkah dan sebaliknya menahannya adalah celaka. Tidak mengherankan jika orang yang bersedekah diibaratkan orang yang berinvestasi dan menabung di sisi Allah dengan jalan meminjamkan pemberiannya kepada Allah. Balasan yang akan diperoleh berlipat ganda. Mereka tidak akan rugi meskipun pada awalnya mereka kehilangan sesuatu.

.

Tinggalkan komentar